Jumat, 15 Juni 2012

Stimulasi Dini untuk Balita

| |

Seorang bayi memerlukan rangsangan untuk menyempurnakan pertumbuhan dan perkembangannya. Rangsangan tersebut diperlukan bagi bayi yang normal atau bayi dengan resiko tinggi. Yang dimaksud dengan bayi resiko tinggi yaitu bayi yang secara klinis belum menunjukan hambatan dalam perkembangan, tetapi berpotensi untuk mengalami gangguan perkembangan. Hal ini disebabkan oleh factor resiko biomedik, lingkungan psikososial atau sosial ekonomi yang dialami bayi termasuk juga sejak masa bayi di dalam kandungan.

Resiko biomedik yang berpotensi menghambat pertumbuhan dan perkembangan antara lain : premturitas, perdarahan dalam otak (intracranial), hipoglikemi, polisitemia, hiperbilirubinemia (bayi kuning ) kelainan bawaan sejak lahir, kejang-kejang pada waktu umur kurang 1 bulan, ibu pengguna obat – obatan dan sebagainya.

Resiko lingkungan psiko sosial dan sosial ekonomi yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan antara lain : kemiskinan, pendidikan orangtua rendah, jumlah anak banyak, ibu terlalu muda, ibu yang retardasi mental, ibu dengan gangguan kejiwaan, pengguna narkoba, perceraian dsbnya. Semua factor resiko tersebut berdampak tidak langsung pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan, gerak komunikasi, kognitif, emosi sosial dan perilaku bayi.

Semakin banyak factor resiko, semakin banyak dan berat aspek pertumbuhan dan perkembangan yang terganggu. Bentuk gangguan perkembangan adalah palsi serebral, retardasi psikomotor, gangguan penglihatan, pendengaran, gangguan bicara, perilaku dsbnya. Kesemuanya bersumber pada gangguan perkembangan otak sebagai akibat pengaruh factor resiko tersebut.

Pertumbuhan dan Perkembangan Otak serta Pentingnya Rangsangan pada Bayi

Otak bayi mempunyai sifat plastisitas yaitu kemampuan susunan syaraf untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan atau kerusakan yang disebabkan oleh factor eksternal (dari luar) dan internal (dari dalam), penyesuaian berupa perubahan anatomi otak (kemampuan syaraf untuk regenerasi) atau perubahan metabolic pada sel-sel otak (neuron).

Jumlah sel-sel neuron, percabangan sel-sel neuron (akson dan dendrite), serta jumlah sinap (hubungan antar sel neuron melalui percabangan yaitu akson dengan dendrite) pada bayi jauh lebih banyak dari orang dewasa. Susunan demikian sangat menguntungkan bayi karena bila dimanfaatkan akan menetap selamanya dan berkembang menjadi rangkaian fungsional yang permanen. Bila tidak dimanfaatkan sejak bayi dapat mengalami degenerasi yang menyebabkan kerusakan otak, tergantung dari luas kerusakan struktur yang rusak akan diambil alih oleh struktur yang lain.

Perkembangan otak berlangsung bertahap mulai dari pembentukan bermacam-macam sel otak (neuron) yang bercabang-cabang, membentuk hubungan antar sel dan proses pembungkusan (mielinisasi) sel-sel syaraf (neuron dan dendrite). Kesemuanya terjadi sejak dalam kandungan samapi usia 4-5 tahun. Perkembangan fungsi otak tidak semata-mata oleh proses biologis, tetapi dipengaruhi oleh kualitas pengalaman interaksi dengan lingkungan/pengasuh.

Proses selanjutnya adalah pertumbuhan hubungan antar sel. Hubungan antar sel disebut sinap. Semkain banyak sinap, semakin komplek kemampuan untuk menerima, menyimpan, mengolah dan menjawab rangsangabn.

Pada usia 2 – 4 bulan, jumlah sinap meningkat dan pertumbuhan sinap ini terjadi sejak lahir sampai 4 tahun. Antara 4 – 10 tahun, jumlah sinap berlebihan, lebiha banyak dar dewasa. Sinap yang tidak mendapat rangsangan akan mengalami degenerasi (tidak berfungsi).

Macam – Macam Korteks

Yang dimaksud dengan kortek adalah bagian luar dari otak manusia.


Kortek Penglihatan :

Hubungan sinap berlangsung cepat umur 3 -4 bulan, hubungan dengan pusat pengolahan data penglihatan sampai umur 6 bulan. Sekitar 50 % dari sinap di kortek penglihatan tidak terpakai akan mengalami degenerasi.

Kortek Pendengaran :

Sinap dikortek pendengaran dimulai 3 bulan dan mencapai 80 % pada usia 1 tahun. Sinap pendengaran baru sempurna setelah umur 1 – 2 tahun.

Kortek Bahasa dan Bicara :

Pada umur 3 bulan pertumbuhan sinap di kortek ini mulai terjadi dan usia 4 bulan jumlah sinap sudah menjadi 2 kali sinap dewasa. Bila sinap belahan otak kiri terutama di bagian sekitar telinga (temporalis posterior) lebih berfungsi untuk perkembangan bahasa, maka fungsi sinap tersebut di belahan otak kanan akan berkurang. Bila belahan otak kiri mengalami kerusakan karena kejang – kejang yang lama, radang otak, dan sebagainya, maka sinap di belahan otak kanan mengambil alhi fungsinya.

Pembungkusan serabut syaraf (mielinisasi) penting untuk kecepatan hantaran rangsangan sel otak (neron) melalui serabut syaraf. Mielinisasi ini dimulai pada waktu di dalam kandungan. Pada usia 3-4 bulan, mielinisasi berkembang pesat terutama yang berhubungan dengan penglihatan, pendengaran, gerakan motorik, dan sistem sentuhan. Proses mielinisasi selesai pada usia 10 tahun.

Kematangan (Maturasi) Fungsi Otak

Dengan menggunakan metode canggih yaitu Positron Emission Tomography (PET) dan metode autoradiographic dengan 14 C-2-deoxyglukosa dapat diukur penggunaan glukosa di kortek otak yang berkaitan dengan peningkatan pertumbuhan sinap dan mielinisasi. (*Prof. DR. dr. Hananto Wiryo)

hasil pencarian dari : balita, pola balita, kecerdasan balita, balita aktif, balita sehat, awat bicara balita, menangani balita, perawatan bagi balita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
DG Fashion © 2011 | All Rights Reserved | About | Privacy Policy | Contact | Sitemap